Kisah-kisah hikmah saat tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam, 26 Desember 2004
sangat banyak. Sejumlah saksi merasa dirinya selamat berkat petunjuk Illahi yang masih memberinya kesempatan hidup.
Petunjuk Illahi itu di antaranya disampaikan melalui mahluk ciptaan
Nya, yaitu hewan. Mereka yang selamat mengaku melihat perilaku aneh
hewan menjelang tsunami.
Ketajaman insting hewan dalam mencium adanya bahaya tergolong luar
biasa. Seperti pernah dilaporkan suatu cerita yang terjadi terhadap
seorang perempuan tua yang tinggal bersama anjing piaraannya.
Dikisahkan, suatu pagi nenek itu terkejut melihat perubahan sikap
Dobberman miliknya. Anjing itu menarik-narik ujung pakaiannya, seolah
memaksanya segera ke luar rumah.
Nenek itu menduga ada sesuatu yang terjadi di luar rumah. Tanpa pikir
panjang, diikutinya kemauan anjing itu. Tiba di pekarangan, ternyata
tidak ada sesuatu yang terjadi. Tetapi dia heran melihat sikap anjingnya
yang terus saja menarik ujung pakaiannya.
Beberapa menit kemudian, terjadi guncangan gempa. Nenek itu
merebahkan tubuhnya di tanah. Selanjutnya dia melihat rumahnya runtuh.
Tetapi dia selamat dalam gempa dahsyat berkekuatan 7 skala ricther yang
mengguncang kawasan Los Angeles pada tahun 1991.
Ketika gempa dan tsunami melanda sejumlah negara Asia beberapa tahun
lalu, beberapa media juga melaporkan seputar perubahan perilaku hewan.
Sebagaimana terjadi terhadap gajah-gajah di Thailand yang lari di saat
gempa.
Pada turis yang kebetulan berada di atas punggung gajah kebingungan
saat hewan raksasa itu lari ketakutan menuju dataran tinggi. Mereka baru
menyadarinya setelah beberapa menit berselang terjadi tsunami. Gajah
dan para penunggangnya selamat.
Tsunami Di NAD
Di Aceh, sekawanan burung terbang menuju arah daratan. Sesuatu yang
tidak biasa terjadi di minggu pagi yang cerah itu. Tetapi beberapa orang
mencium adanya bahaya melihat perilaku tersebut. Mereka segera menjauh
dari pantai dan pergi menuju bukit, mereka pun selamat.
Ketika berada di kampung Lamjame beberapa hari sesudah tsunami,
penulis sempat melihat seekor sapi di depan sebuah rumah yang rusak.
Tentu saja penulis heran melihat hewan itu berada di lokasi yang nyaris
rata dengan tanah. Mengapa sapi ini ada di sini? tanya penulis dalam
hati.
Pertanyaan yang menggelayut di benak ini terjawab secara tidak
sengaja, ketika penulis mengunjungi kamp pengungsi Mata’ie. Seorang
pengungsi bernama Ali (60 tahun), warga Lhok Nga, Aceh Besar, menuturkan
pengalamannya.
Seperti biasanya, minggu pagi itu Ali sibuk menyiapkan peralatannya
melaut. Profesi yang sudah lama digelutinya. Hari itu, tidak ada sesuatu
keanehan yang dilihatnya. Semuanya berlangsung biasa saja. Meski malam
sebelumnya bermimpi sebuah giginya tanggal, tetapi dia tidak terlalu
menghiraukannya. Baginya mimpi sekadar bunga tidur.
Tetapi perasaan Ali mulai cemas, ketika guncangan dahsyat terjadi
pukul 8.00 pagi. Belum pernah dalam hidupnya merasakan gempa yang begitu
hebat. Bersama istrinya dia lari keluar rumah.
Selanjutnya, pria itu berjalan menuju pantai yang berjarak 100 meter
dari rumahnya, sambil melihat-lihat keadaan. Seketika dia mengernyitkan
keningnya melihat puluhan penduduk yang tampak kegirangan melihat air
laut surut. Mereka berlomba mengambil ikan-ikan yang menggelepar di
pantai.
Entah kenapa, Ali tidak tertarik melihat hewan laut yang menjadi
sumber nafkahnya selama ini. Ada kegalauan yang menyelimuti benaknya.
Ada apa dengan ini? cetusnya dalam hati.
Dia bertemu dengan teman-temannya, Yunus (70 thn), Tengku Abdul Laserih (ulama) dan beberapa warga.
“Ada pertanda apa dengan kejadian ini, Tengku?” Tanya Ali kepada
tokoh agama yang fisiknya sudah bungkuk dan membawa tongkat ini.
“Dalam kitab-kitab agama tertulis bahwa dunia ini diciptakan pada hari Minggu,” jawab Tengku Abdul Laserih.
“Lalu apa kaitannya dengan gempa dan air laut surut?” Ali bertanya kembali.
“Karena ini hari jadi dunia, mungkin saat ini Tuhan hendak membuat
dunia yang baru dengan menghancurkan dunia yang kita tempati sekarang,”
Jawabnya lagi. “Atau boleh jadi, ini sebagian tanda-tanda kiamat yang
telah dekat.”
Ali masih ingat, saat itu Tengku mengajaknya ke musholla.
“Sebaiknya kita ke musholla saja. Mohon perlindungan Allah SWT,”kata Tengku dengan nada berat.
Mereka melangkah menuju musholla. Tengku mengajak pula beberapa warga. Mereka bergegas menuju musholla.
Ketika langkahnya semakin dekat musholla, tiba-tiba pandangan mereka
tertuju ke arah bukit yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Tetapi
bukan bukit itu yang menjadi perhatian.
Aneh, ada 8 ekor sapi yang menaiki bukit dengan susah payah. Seolah
ada sesuatu yang menakutkan di tanah lapang tempatnya merumput.
Tentu saja hewan bertubuh tambun itu kepayahan, ada diantaranya yang
terguling, tetapi kemudian bangkit dan kembali menaiki bukit. Kejadian
itu di saksikan Ali, Yunus, Tengku Abdul Laserih dan beberapa warga
lainnya. Melihat peristiwa yang tidak lazim itu, mereka saling
berpandangan. Semuanya menangkap firasat yang kurang baik.
Pada saat kegamangan melanda, tiba-tiba Tengku berkata,
“Alangkah besar dan banyaknya hikmah yang terkandung dalam penciptaan
hewan yang terkadang dihina dan diremehkan. Mungkin ini petunjuk Illahi
melalui ciptaanNya,” katanya dengan mimik serius.
Lalu dia berkata lagi, “pergilah kalian ke bukit, ikuti hewan itu pergi. Mungkin ada peristiwa besar yang akan terjadi.”
“Sebaiknya Tengku ikut bersama kami,” kata seorang warga menimpali. Tengku Abdul Laserih menggelengkan kepalanya.
“Saya mau shalat dan zikir. Semoga kita semua khusnul khotimah,” jawab Tengku tersenyum.
Warga memeluk Tengku dengan air mata bercucuran. Sebagian ada yang
mencium tangannya. Mereka seolah tidak ingin berpisah dengan guru
mengaji yang selama puluhan tahun menempa spiritual masyarakat Lhok Nga.
Mereka mengantar Tengku hingga masuk musholla. Beberapa orang yang
tidak ingin meninggalkan gurunya itu menemaninya di musholla. Sementara
yang lain berlari sekuat tenaga ke arah bukit.
Mereka tidak sempat lagi pulang menemui keluarganya. Seolah tidak
cukup waktu menyampaikan bahaya yang segera datang. Mata mereka terus
tertuju ke arah bukit sambil memperhatikan 8 ekor sapi yang berlarian
mencapai tempat tertinggi.
Ketika langkah mereka sudah mendekati bukit, tiba-tiba pendengaran
mereka dikejutkan suara mendengung yang sangat keras. Secara refleks
mereka membalikkan tubuhnya menghadap samudera. Pandangan mereka lalu
tertuju ke arah gumpalan hitam setinggi puluhan meter di tengah lautan.
“Saat itulah saya menyadari bahaya sesungguhnya,” kenang Ali sambil
terisak-isak. Ombak hitam setinggi pohon kelapa yang bergulung-gulung
itu semakin mendekati daratan.
Ali dan warga lainnya mempercepat langkah menaiki bukit. Kebetulan
saat itu Ali membawa sebilah parang. Seorang anggota brimob yang juga
bersamanya segera meminjam benda tajam itu dan digunakannya untuk
menebas alang-alang yang menghambat langkah mencapai tempat tinggi.
Beberapa saat kemudian, tragedi itupun datang. Monster laut
berkecepatan 900 km/jam bergerak mencapai dataran. Sayup-sayup Ali
mendengar suara adzan yang menggema dari speaker musholla, tempat Tengku
Abdul Laserih dan beberapa warga berada di dalamnya. Hanya sekejap
suara itu di dengarnya. Detik berikutnya, air menyapu habis kawasan Lhok
Nga.
Dari atas bukit, ada sekitar 100 orang yang menatap dengan kepedihan
yang sangat dalam, demi menyaksikan kampung halamannya tenggelam.
“Kami hanya bisa menangis, tanpa bisa berbuat apapun,” kenang Ali dengan raut masih menyisahkan kesedihan.
“Tetapi kami tidak bisa membayangkannya, andaikata kami tidak melihat sapi yang lari ke arah bukit itu,” kata Ali.
Mungkin terlambat sedikit saja, tentu ajal menjemput. Meski selamat,
Ali kehilangan seorang istri. Sedangkan Yunus kehilangan istri, 6 anak
dan 7 cucu.
Siapakah yang memberi ilham kepada hewan-hewan yang digolongkan tidak berakal itu untuk menaiki bukit?
Tentu saja ini merupakan hikmah Allah SWT yang memberikan
keistimewaan kepada mahlukNya, hingga sekelompok manusia yang terancam
bahaya dapat selamat dari bencana.
Demikian sekilas tentang kebesaran Allah SWT yang ditunjukkan lewat
hewan-hewan ciptaanNya. Akhirnya, semoga kita dapat memetik hikmah dari
kejadian ini.
Rabu, 11 April 2012
KISAH HIKMAH: TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM 2004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Category
- Agama (3)
- Anti Virus (11)
- Berita (2)
- Download Filem Gratis (19)
- Free Game (1)
- Sejarah (11)
- Software (27)
- Tips Dan Trick (15)
- Tutorial (12)
Jam & Calender
Google Translate
Popular Posts
-
Hafalan Shalat Delisa (2011) Download Film | Download Film ---------------------------- Download Part 1 Part 2 * Join HJ-Split ...
-
Pemandangan Kota Stockholm - Swedia di kala senja Swedia menjadi surga para pencari suaka politik. Perang Aceh mambuat banyak w...
g")
0 komentar:
Posting Komentar