![]() |
Pemandangan Kota Stockholm - Swedia di kala senja |
Swedia
menjadi surga para pencari suaka politik. Perang Aceh mambuat banyak
warganya hengkang dan memilih negeri Skandinavia itu sebagai tempat
pelarian.
MEUNASAH
ITU TAK SEPERTI BIASA, layaknya pandangan mata di nanggroe. Bangunan
yang di maksudkan sebagai tempat ibadah kecil dan tempat berkumpul,
tidaklah terletak pada sebuah kebun kosong dengan kulah di depannya. Di
Swedia, meunasah lebih banyak dalam khayalan, karena hanya apartemen
yang disulap.
Tepatnya
di Stockholm, ibukota Swedia, tempat itu berada. Awalnya hanya sebuah
ide lewat cengkrama warga Aceh perantauan di Negara itu, untuk membentuk
sebuah perkumpulan. Senasib hidup di negeri orang, tentu banyak
tantangannya dan mesti berbagi.
Anak-anak Aceh di Meunasah Atjeh - Swedia selesai mengaji |
Mereka
kadang rindu pada Aceh yang lama tak di lihat, ada yang sudah puluhan
tahun bermukim di negeri dekat kutub utara ini. Dasar kebersamaan,
dibentuk sebuah organisasi social yang intinya untuk menjaga jati diri
kebudayaan warga Aceh di rantau.
Mereka
berusaha membentuk seperti miniatur Aceh, memelihara imajinasi nanggroe
tak terasa jauh. Salah satunya dengan membangun meunasah Atjeh,
Stockholm. Meunasah yang terletak di Fittja diberi nama SAF (Svenska –
Atjèhniska Förening – Swedia). Anggotanya sekitar 80 orang, termasuk
anak-anak gabungan dari beberapa kota terdekat.
![]() |
Acara Milad AM 35thoen di Meunasah Atjeh - Swedia |
![]() |
Acara Milad AM 35thoen di Meunasah Atjeh - Swedia |
![]() |
Acara Milad AM 35thoen di Meunasah Atjeh - Swedia |
Meunasah
ini multifungsi. Selain untuk mengaji bagi anak-anak, mengajar baca
tulis bahasa Aceh, juga menjadi tempat berolahraga ketika tiba musim
salju. Meunasah digunakan untuk perayaan maulid setiap tahunnya, di lain
waktu menjadi tempat berkumpul untuk rapat, serta menerima rombongan
tamu dari Aceh dan tamu-tamu lokal warga Swedia.
Bagi
kaum hawa, ada dapur dan mesin jahit untuk dimanfaatkan berkegiatan
masak-memasak dan jahit-menjahit. Umumnya mereka melakukannya pada hari
libur, Sabtu dan Minggu. Suasananya persis seperti di Aceh. Perbedaannya
hanya pada alam dan cuaca, makanan dan budayanya positif lain yang
teradopsi dari Swedia.
Kaom Hawa dan anak-anak Aceh di Swedia berfoto bersama setelah acara Milad AM 35thoen |
Kaom Adam Aceh di Swedia berfoto bersama setelah acara Milad AM 35thoen |
Meskipun
sudah aman dan mapan di negeri orang, banyak generasi Aceh baru lahir
di Swedia, belum pernah menginjakkan kaki ke Aceh. Tetapi,
pascapenandatanganan MoU Helsinki 2005 lalu, sudah banyak anak-anak Aceh
yang lahir di Swedia bias pulang untuk berkunjung melihat kampong
halaman kedua orang tuanya.
Meskipun
masih ada yang memilih untuk tetap tinggal di Swedia, situasi dan
kondisi negeri asal tetap di pantau dengan seksama setiap harinya,
terlebih lagi oleh generasi pertama yang tiba di Swedia. Banyak cara
melepaskan kerinduan dengan keluarga yang
masih ada di Aceh; telepon, melalui SMS atau mengunakan internet dengan
fasilitas yahoo messenger-nya. Lewat internet juga, warga Aceh di sana
memantau perkembangan terbaru soal Aceh.
0 komentar:
Posting Komentar