Apa
itu India ? “ Tanya Nehru, Tokoh kemerdekaan India terbesar setelah
Mahatma Gandhi, kepada kerumunan masa yang terus berteriak, “Hidup India
! Hidup India ! Hidup India ! “
India
adalah kamu, “kata Nehru” India adalah kita, tidak ada India yang
disebut India , India adalah orang-orang diatas tanah kita berdiri ini,
bagiamana karakternya, budayanya adalah bagaimana rakyatnya? Tidak ada
India yang samata-mata India.
Mengulang Nehru, kita mungkin bertanya, Apa Itu Aceh? Seperti Nehru,
jawabannya adalah bagaimana orang-orang Aceh, dan rakyatnya. Bagaimana
Aceh adalah bagaimana sifat dan karakter rakyatnya. Membangun karakter
manusia Aceh akan menentukan bentuk dan jawaban apa itu Aceh? Tidak ada
Aceh yang semata-mata Aceh, yang ada manusia diatas tanah ini, di Aceh
yang turun-temurun dalam literatur disebut Aceh, kadang-kadang disebut
Atjeh atau Acin, dan baru-baru ini disebut sebagai NAD, setelah beberapa
sebelumnya disebut Daerah Istimewa Aceh.
![]() |
Masyarakat Aceh di depan Mesjid Raya Baiturahman pada masa perang dengan Belanda |
Bagaimana sejarah Aceh? Sejarah Aceh, merupakan bagian dari sejarah
umat Islam di Asia Tenggara. Sejarah umat Islam di Aceh dimulai
berabad-abad yang lalu, Islam mulai berkembang sejak abad ke-8, itu
ditandai dengan masuknya Islam ke Peureulak, Aceh Timur. Perkembangan
sejarah Islam yang sangat dikenal pada abad ke XIII, perkembangan
sejarah Pasai. Kerajaan Islam Pasai ini tercatat dengan jelas dalam
catatan Marcopolo dan Ibnu Batutah, yaitu dua orang pengembara yang
banyak meninggalkan catatan sejarah tentang dunia timur.
![]() |
MarcoPolo |
![]() |
Ibnu Batutah |
Kerajaan Aceh yang menjadi masa keemasan adalah pada masa Sultan
Iskandar Muda, ada gagasan yang mutlak ketika Islam diadopsi oleh
Iskandar Muda. Aceh menjadi jaya, itu dikarenakan peradaban yang
dibangun beridentitas Islam, Islam saat itu tidak hanya sebagai agam
yang dipakai dalam keseharian, dan kebudayaan, tetapi menjadi Idiologi
yang menyatu dengan Aceh. Islam saat itu menjadi dasar Negara untuk
sebuah pemerintahan dan menjadi pedoman hokum tertinggi. Bagi masyarakat
Aceh, agama Islam adalah harga mati, dan disinilah lahir ilmuan-ilmuan
terkemuka, Nuruddin Ar-raniry, Syech Abdurrauf As-Singkily, Hamzah
Al-Fansuri dan lain-lain.
![]() |
Sultan Iskandar Muda |
Ditanah ini dilahirkan sejumlah orang dengan identitas keAcehan yang
kuat dan heroisme, mereka teramat sadar dan menjiwai makna dilahirkan
dan tumbuh sebagai orang Aceh. Apa dan bagaimana Aceh kita dapat
mengetahuinya? dari sosok ataupun para pejuang Aceh, lihat Panglima
Polem, Tengku Chik Ditiro, Tengku Chik Peusangan, Laksamana Malahayati,
Cut Mutia, Teuku Umar dan Istrinya Cut Nyak Dhien. Lihat bagaimana
mereka mengusir penjajah demi sejengkal tanah Aceh, karena bagi orang
Aceh saat itu mengakui kedaulatan Belanda berarti memberikan tanah air
Aceh buat penjajah. Teuku Umar misalnya yang gugur dimedan perang dengan
taktik perangnya, menyatakan tunduk dan setia kepada kolonia Belanda.
Dan Belanda tentunya teramat senang menerima kehadirannya dan
menapatkannya dalam sebuah dinas militer dan dipercayai memimpin sebuah
legiun yang berkekuatan 250 prajurit. Berbelotnya Teuku Umar ternyata
hanya sebuah taktik jitu untuk mendapatkan persenjataan dan strategi
perang Belanda, dan kemudian menggalang kembali kekuatan untuk melawan
Belanda sehingga Belanda kewalahan menghadapi gempuran demi gempuran
para pejuang-pejuang Aceh. Begitu juga dengan Tengku Chik Ditiro dengan
semangat Hikayat Prang Sabil mampu membakar semangat para pejuang Aceh
untuk mengusir para penjajah, sehingga perang Aceh melawan Belanda
adalah perang terpanjang dinusantara dan membuat kolonia Belanda
bankrut.
![]() |
Pejuang Aceh di masa perang dengan Belanda |
Kemunduran kejayaan Aceh ini ditandai dengan hilangnya identitas
keIslaman dan keAcehan sejarah Aceh beberapa tahun terakhir ini,
diwarnai dengan konflik berkepanjangan. Konflik Aceh tidak tidak hanya
menimbulkan korban jiwa dan harta benda, tetapi telah melahirkan ancaman
kehilangan generasi. Konflik DI TII dan konflik bersenjata antara RI
dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang banyak menimbulkan korban, Aceh kini
sudah jauh berbeda dengan sebelumnya. Generasi Aceh saat ini mengalami
kemunduran dan terlalu jauh melangkah kedepan, itu ditandai dengan mulai
meninggalkan budaya warisan Indatu sendiri dan tidak mengenal bagaimana
sejarahnya, akibat sudah terpengaruh budaya bangsa luar dan sangat
mempengaruhi karakteristik bangsa Aceh. Oleh karena itu mari kita
sama-sama menggali jatidiri kita sebagai ACEH dan mulai melestarikan
budaya warisan para indatu yang telah berjuang sampai nafas penghabisan.
Oleh : Rizal A
Oleh : Rizal A
0 komentar:
Posting Komentar